PEROMBAKAN NITROGEN DAN PERUBAHAN NUTRIEN DALAM PENGENDALIAN EKOSISTEM AQUAPONIK (LAMPIRAN C)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan 
yang signifikan dalam komposisi unsur hara selada (L. sativa cv Rex) yang di 
tanam dengan sistem akuaponik yang ditambah larutan nutrisi dan sistem 
hidroponik. Perubahan unsur hara pada sistem aquaponik diketahui melalui 
analisis kimia air. Aliran nutrisi dikontrol dan disesuaikan untuk mengetahui 
capaian konsentrasi nutrisi yang layak untukpertumbuhan optimal bagi tana-
man. Jumlah nitrogen yang dikeluarkan dari sistem aquaponik ditentukan oleh 
keseluruhan biomasa selada. Pada dasarnya, pada sistem akuaponik dengan 
tambahan suplemen dapat menumbuhkan L. sativa cv Rex dengan keseluru-
han biomassa yang sama dan meningkatkan indeks konsentrasi klorofil. Hal 
ini menunjukkan bahwa selada aquaponik dapat diproduksi dengan hasil dan 
kualitas yang serupa dengan sistem hidroponik konvensional bila dilakukan 
penambahan suplemen secara tepat.


Satu tanaman L. sativa cv Rex (176,75 ± 31,03) akan menyimpan sekitar 5,96 
gram nitrogen (3,38% per selada kering). Satu kilogram ikan akan menghasil-
kan 6,4 tanaman selada (1.128 gram) dan menggunakan 38,13 gram nitrogen. 
Terdapat kenaikan yang signifikan (p ≤ 0,05) dalam persentase komposisi 
mikronutrien seperti seng, mangan, dan boron pada daun selada (L. sativa 
cv rex) yang ditanam dengan sistem aquaponik dibandingkan selada yang 
ditanam dengan hidroponik. Rata-rata berat basah selada per ikatsangat ber-
beda (p≤0.05) antara selada yang ditanam menggunakansistem aquaponik 
yang ditambah suplemen dan yang ditanam menggunakan sistem hidroponik. 
Pada saat dipanen, seikat selada aquaponik memiliki berat rata-rata lebih 
besar (176,75 ± 31,04 gram) dibandingkan selada hidroponik. 
 
Berat kering rata-rata tidak berbeda jauh (p≤0,05) antara selada yang ditanam 
dengan sistem aquaponik (4,36 ± 0,78 gram) sedangkan hidroponik (4,60 ± 
0,60 gram). Ada perbedaan yang signifikan (p≤0.05) pada Chlorophyll 
Consentration Index(CCI%) antara L. sativa cv Rex yang tumbuh dengan 
sistem aquaponik plus suplemen dan sistem hidroponik. Rata-rata persentase
CCI untuk selada aquaponik adalah 9,89 ± 0,89% dan untuk selada hidroponik 
adalah 8,71 ± 0,45%. FCR rata-rata untuk ikan adalah 2,56 ± 0,64 dan rata-rata 
tingkst kelulushidupan ikan adalah 82,94% ± 0,07. Padat tebar ikan 110 dan 114 
ikan per tangki pemeliharaan menghasilkan FCR lebih rendah (3,03 dan 2,82) 
dibandingkan tangki yang diisi 80 ikan (1,83). Penelitian ini juga menentukan 
bahwa selada (L. sativa cv Rex) dapat tumbuh dengan sistem aquaponik 
ditambah suplemen nutrisi dan menghasilkan nilai gizi yang cukup dibanding-
kan dengan selada yang ditanam dengan sistem hidroponik.
 
Suatu model nitrogen dibangun untuk sistem aquaponik. Untuk tiap kilogram 
pakan yang diberikan ke dalam sistem tersebut, terkandung nitrogen 59,7 
gram. Pakan yang diberikan sebanyak 2,1 Kg/hari. Sekitar 125,37 gram nitrogen 
tersuplai ke sistem aquaponik setiap harinya melalui pakan atau 5,97% nitrogen 
dalam pakan tersebut. Terdapat total 4,39 kg nitrogen yang dapat dihasilkan pada 
sistem aquaponik selama percobaan dalam waktu 35 hari. Ikan mencerna 90% 
protein dalam pakan (Timmons et al., 2002) yang terdiri dari 5,97% nitrogen. 
Sedangkan Selada Aquaponik terdiri dari 5,22% nitrogen. Ada sekitar 5 liter lumpur 
per hari yang terkumpul pada saringan mekanis. Lumpur tersebut berair dan terdiri 
dari sekitar 2% sludge kering (Timmons et al., 2002). Pemanfaatan nitrogen yang 
tidak diterhitung terdiri oleh gas nitrogen, alga, bakteri dan fauna mikro dalam 
sistem aquaponik. Model nitrogen untuk sistem aquaponik ini menguraikan aliran 
nitrogen dalam sistem tersebut. Nitrogen digunakan untuk pertumbuhan ikan dan 
selada. Nitrogen juga hilang dalam sistem aquaponik melalui perombakan hasil 
metabolisme ikan yang dibudidayakan. Dalam sistem ini nitrogen lain terikat oleh 
bakteri, gas nitrogen, dan mikro-fauna yang berada dalam sistem aquaponik. 
Hilangnya nitrogen melalui mekanisme ini tidak dihitung. Sistem aquaponik 
menggunakan sekitar 93% pasokan nitrogen per hari dan sisanya terlarut dalam 
sebagai nitrat nitrogen atau hilang melalui mekanisme lainnya. Sistem aquaponik 
memiliki nitrat nitrogen residual di dalam air. Alga tidak berkembang biak dalam 
sistem ini karena adanya kompetisi nutrisi dengan selada dan secara konstan 
dimanfaatkan oleh ikan padakomponen ikan. Nitrogen dalam sistem aquaponik 
berasimilasi baik dengan organisme dalam sistem ini atau tetap dalam terlarut 
di dalam air. Nitrogen tidak dibuang dari sistem dalam bentuk yang mengarah 
ke eutrofikasi.



KESIMPULAN DAN SARAN SECARA ​​KESELURUHAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan apakah ada perbedaan dalam 
akumulasi biomassa dan indeks konsentrasi klorofil (CCI%) pada selada (Lactuca 
sativa cv Rex) yang ditanam dengan sistem aquaponikyang ditambah suplemen 
nutrisi dan sistem hidroponik. Tujuan kedua dari penelitian ini adalah untuk 
mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan dalam komposisi hara selada 
(L. sativa cv Rex) yang di tanam dengan air aquaponik ditambah suplemen nutrisi 
denhgansistem hidroponik. Zat hijau daun pada  Lactuca sativa cv. Rex bervariasi 
antara selada yang ditanam dengan sistem aquaponik biasa, aquaponik dengan 
suplementasi, dan sistem hidroponik (Gambar 3). Pada sistem tersebut nila 
dan selada dipanen secara teratur (Gambar 4).
 
Parameter lingkungan akan mempengaruhi fisiologi tanaman, sehingga pertumbu-
han tanaman yang pada akhirnya akan mempengaruhi serapan hara(Resh 2001). 
Kandungan hara hidroponik diformulasikan untuk tanaman tertentu. Karakteristik 
kimia air dari sistem aquaponik akan memungkinkan petani untuk menyesuaikan 
air aquaponik mereka dengan suplemen individual untuk mencapai produktivitas 
maksimum dan kualitas tanaman. Menentukan suhu air optimum untuk sistem 
aquaponikmerupakan carabagaimana memaksimalkan pertumbuhan ikan dan 
pertumbuhan tanaman. Kisaran suhu air antara 240 C sampai 280 C akan 
menghasilkan produksi selada yang baik terkait dengan perkembangan 
biomassa dan kualitasnya. Ikan nila Nil (dari sungai Nil) akan tumbuh secara 
optimal pada suhu yang lebih tinggi (Chervinski 1982), namun suhu untuk 
mendapatkan produksi selada yang optimal dibutuhkan suhu lebih rendah dan 
optimal dibawah 300 C. Penurunan suhu air <280 C dapat menyebabkan FCR 
makin rendah untuk ikan nila (Timmons et al., 2002). Kedepannya penelitian 
harus dilakukan untuk mengetahui suhuair yang optimal untuk sistem aquaponik
 

 


A
 
 
B
 
C 
Gambar 6. Gambar selada (L. sativa cv Rex) tumbuh dengan sistem aquaponik (A), 
sistem aquaponik dengan suplementasi (B), dan sistem hidroponik (C)
 





Gambar 7. Ikan dan selada ditanam di Universitas Arizona, pada Rumah Kaca Laut 
Aquaponik dengan Lingkungan Terkontrol. Nila (O. niloticusspp.) (A), dan varietas 
selada ditanam dalam sistem aquaponik termasuk romaine, merah dan hijau oak, 
dan butterhead (B). Selada kultivar romaine organik (L. sativa cv Rom) (C)
 
Biaya untuk menaikkan dan menurunkan suhu air untuk mendapatkan suhu 
yang optimal bagi ikan dan tanaman perlu dievaluasi. Tingkatan suhu air 
yang tinggi pada sistem aquaponik menjadikan suhu sekitar zona akar lebih 
hangat untuk tanaman. Pengembangan lebih lanjut dari sistem aquaponik
melalui kontrol dan pemantauan yang tepat terhadap ikan, tumbuhan, 
lingkungan, dan kimia air dapat diperolehmelalui teknologi rumah kaca dan 
filtrasi.
 
Produksi ikan sejenis dan perawatan tanaman tampaknya tidak berpengaruh 
pada pertumbuhan. Dalam skala yang lebih besar, serapan nutrisi tanaman 
dapat bersaing dengan alga dan bakteri yang dapat berpotensi menaikan 
kualitas air ikan. Dianjurkan dengan 100 gram pakan ikan per hari akan 
menghasilkan pertumbuhan ikan 45,1 gram dan biomassa selada sebesar 
132,86 gram per hari sesuai parameter lingkungan tertentu. Formulasi ini 
dapat ditingkatkan untuk jenispakan komersial. Pemanfaatan pakan bisa 
menghasilkan hasil yang berbeda jika kandungan nutrisi pakan berbeda. 
 
Peningkatan kandungan protein dalam pakan untuk memberi makan ikan 
atau spesies lainnya akan mengubah rasio yang dibutuhkan ikan untuk 
menghasilkan satu kilogram selada. Banyaknya pakan ikan yang dibutuhkan,
dikonversi untuk menumbuhkan satu kilogram selada. Jumlah pakan yang 
dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram seladasiap panen masih 
kurang dari segi kandungan nitrogennya. Sedangkan, nutrisi penting dalam 
pakan yang digunakan untuk pertumbuhan ikan belum tentu sama pada 
tingkat sama tergantung dari produsen pakan tersebut. Kandungan nutrisi-
nutrisi esensial lainnya untuk pertumbuhan juga dapat bergantung dari jenis 
pakan ikan yang digunakan dalam sistem aquaponik. Berkurangnya hara dalam 
jangka waktu lama dalam sistem aquaponik biasa terjadi(Rakocy et al, 1993, 
Seawright et al 1998). Mengembangkan prototipe aquaponik rumah kaca 
komersial akan melibatkan kebutuhan akan suplementasi nutrisi yang tidak 
terbatas, termasuk zat besi (Fitzsimmons 1992, Rackoy et al 1993 dan 
Seawright et al 1998).
 
Penyaringan dan pengolahan air ikan secara biologisbagi serapan hara 
tanaman juga dapat mempengaruhi sistem. Penelitian selanjutnya harus 
mencakup integrasi teknologi filtrasi untuk menghilangkan padatan dan 
melarutkan zat padat di dalam sistem. Sistem aquaponik terkontrol dapat 
meningkatkan produktivitas, efisiensi penggunaan pakan, dan efisiensi 
penggunaan air dibandingkan dengan praktik pertanian konvensional. 
Kemampuan untuk menghasilkan tanaman secara intensif dengan me-
minimalisir dampak lingkungan akan sangat penting bagi peradaban 
manusia agar mampu memenuhi kebutuhan pangan di masa depan 
tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Metode kerja 
yang berkelanjutan dari sistem aquaponik dapat memproduksi organisme 
menguntungkan dalam media air. Bakteri, fitoplankton, dan zooplankton 
dapat terbentuk dalam sistem yang memberikan lingkungan yang sesuai 
dan meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan tanaman (Sabidov, 2004). 
Jika organisme bermanfaat dapat berkembang dalam sistem aquaponik 
maka tidak memungkinkan organisme yang tidak bermanfaat juga berkem-
bang pada sistem dengankondisi lingkungan tersebut. Keseimbangan nutrisi 
ke dalam sistem dengan serapan hara oleh organisme yang dituju (ikan dan 
tumbuhan) dapat menjadi sangat penting dalam membangun organisme yang 
menguntungkan dan mengurangi pembentukan organisme berbahaya. 
Organisme berbahaya ini menghasilkan nutrisi serupa yang dibutuhkan oleh 
ikan dan tanaman untuk pertumbuhan. Bakteri berbahaya danblooming alga 
menunjukkan kualitas air yang buruk. Kualitas air dipengaruhi oleh nutrisi yang 
terkandung dalam sistem, kepadatan organisme di dalam sistem, dan 
pengelolaan biologis air di dalam sistem.
 
Sistem Aquaponik dengan suplementasi dapat memicu pertumbuhan L. sativa 
cv. Rex dan indeks konsentrasi klorofil dengan akumulasi biomassa yang sama 
atau lebih besar. Semua analisis makronutrien sebagian besar tetap konstan 
selama durasi percobaan dengan sedikit peningkatan pada bagian akhir. 
Mikronutrien juga tetap kembali stabil dengan kenaikan yang sangat kecil di 
akhir percobaan. Sulfat terakumulasi sepanjang durasi percobaan karena 
kandungan pakan ikan berada pada konsentrasi yang lebih tinggi dari yang 
dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan dan tanaman. Selada (L. sativa cv. Rex) 
membutuhkan suplementasi nutrisi termasuk zat besi, mangan dan seng untuk 
dimasukkan  ke dalam air aquaponiksehingga menghasilkan selada yang siap 
dipasarkan. Tingkat penambahan suplemen dalam percobaan ini cukup dan bisa 
dikurangi dengan penelitian lebih lanjut. Sebanyak 900 ml besi BiominR (5%), 
100 ml seng BiominR (7%), dan 100 ml Mangan BiominR (5%) ditambahkan 
ke dalam sistem aquaponik selama siklus pertumbuhan selada.
 
Kebutuhan akan suplementasi akan bergantung pada sistem parameter kimia 
air dan kebutuhan hara tanaman. Kebutuhan hara dapat berbeda untuk setiap 
tanaman kultivar dan harus dievaluasi untuk mencapai produksi optimal dan 
kesehatan tanaman. Selada dapat tumbuh secara konsisten dalam sistem 
aquaponik sehingga penggunaan air, nutrisi dan ruang lebih efisien daripada 
pertanian konvensional yang mengarah pada sistem produksi pangan yang lebih 
berkelanjutan. Sistem aquaponik telah menghasilkan selada dengan indeks 
konsentrasi klorofil yang sama atau lebih besar. Ditentukan bahwa sistem 
aquaponik menyediakan sumbernutrisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman. 
Nitrogen, fosfor dan kalium dalam sistem aquaponik mencapai kondisi yang 
mantap dengan produksi selada yang menunjukkan bahwa pengaruh pada 
kepadatan ikan yang ditetapkan dapat memberikan sumber makronutrien yang
stabil untuk pertumbuhan tanaman. Mikronutrien dalam sistem aquaponik harus 
dipantau dan disesuaikan dengan tanaman yang sedang ditanam. Disimpulkan 
bahwa selada yang tumbuh dengan sistem aquaponik dengan suplementasi 
nutrisi tumbuh pada tingkat yang sama dengan selada yang ditanam dan sistem 
hidroponik. Tingkatan suplementasi akan bervariasi tergantung pada rasio ikan 
terhadap tanaman, desain sistem dan parameter lingkungan. Nutrisi tidak 
menumpuk pada tingkat yang sama terkait satu sama lain sehingga suplemen 
tertentu dibutuhkan untuk menyesuaikan kebutuhan nutrisi dari tanaman kultivan. 
Hal ini didukung bahwa besi, seng dan mangan terakumulasi pada tingkat yang 
berbeda dalam sistem aquaponik (Seawright 1998) dan oleh karena itu harus 
dilengkapi dengan hal tersebut. Nutrisi juga bisa dikembalikan dari limbah padat 
ikan. Lumpur dari sistem aquaponik memiliki komposisi nutrisi yang dapat 
dimanfaatkan jika diterapkan pada tanaman ladang, pembalikan tanah, atau 
dilarutkan kembali menjadi endapan. Dengan pemanfaatan endapan lumpur yang 
bernutrisi lengkap sistem dapat terpenuhi.
 
Selada (L. sativa cv Rex) dapat tumbuh dengan air aquaponikditambah 
suplemen nutrisi dan menghasilkan nilai gizi yang cukup dibandingkan 
selada yang ditanam dengan media hidro-ponik. Dilaporkan  bahwa 
komposisi nilai nutrisi yang ada dalam selada (aquaponik) sama dengan 
selada yang ditanam pada pertanian konvensional dan hidroponik (Resh 2001). 
Komposisi makronutrien dan mikronutrien dalam media tumbuh dapat 
menentukan kandungan gizi, pertumbuhan, dan kesehatan selada (Resh 2001). 
Selada memiliki efisiensi rendah dalam menggunakan nitrogen namun 
membutuhkan nitrogen secara terus-menerus untuk mendorong pertumbuhan 
(Welch et al., 1983). Sistem Aquaponik memberikan cakupan nitrogen yang 
diperlukan untuk pertumbuhan selada yang memungkinkan asimilasi nitrogen 
melalui proses fotosintesis tanpa mengembangkan atau menghancurkan 
nitrogen di dalam sistem.
 
Selada dan tanaman lainnya merupakan bukti alat perombakan yang 
berharga untuk budidaya ikan dan akuakultur pada umumnya. Rumah kaca 
atau pertanian konvensional dapat mengintegrasikan produksi selada dengan 
akuakultur yang ada untuk memperbaiki pembuangan nitrogen dan nutrisi. 
Hal ini pada saatnya akan menghasilkan produk selada yang dapat dipasarkan, 
namun mengurangi biaya untuk pupuk dan mengurangi degradasi lingkungan 
yang umumnya terkait dengan pertanian skala besar. Jika satu kilogram ikan 
akan menghasi-lkan 6,4 tanaman selada (1.128 gram) dan penyimpanan 38,13
gram nitrogen, maka suatu perikanan dapat menentukan jumlah ruang rumah 
kaca yang dibutuhkan untuk pengelolaan debit limbah ikan saat ini. Dampak dari 
hal ini bisa sangat besar bagi lingkungan dan biaya yang digunakan oleh petani. 
Penelitian lebih lanjut mengenai produksi tanaman berbeda yang memerlukan 
kebutuhan nutrisi berbeda dapat menjadikan berbagai suplemen nutrisi yang baru. 
Suplemen nutrisi OMRI yang terdaftar Biomins ™ dari JH Biotech memungkinkan 
nutrisi spesifik ditargetkan dan ditambahkan ke dalam sistem. Hal ini memung
kinkan sistem aquaponik untuk tetap berada dalam standar organik dengan 
memanfaatkan produk nutrisi OMRI yang terdaftar, bersamaan dengan limbah 
ikan olahan untuk menghasilkan sayuran organik secara berkelanjutan. 
Kedepannya penelitian rumah kaca aquaponik akan berfokus pada pengintegra
sian varietas tanaman sayuran dan disesuaikan dengan kimia air yang mengguna-
kan suplemen nutrisi Biomin ™ untuk menghasilkan tanaman dengan hasil yang 
sama atau lebih besar dari pada sistem pertanian dan hidroponik.
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budidaya Sistem Bioflok

Probiotik dalam Akuakultur